Pembelajaran
Kritik Sosial Teknologi @26 Feb 2016
“apa
itu teknologi?” perangkaat, Simbol, alat. Ya semua itu benar, sebenarnya kalian
sadar atau tidak bahwa teknologi adalah sistem? Sistem yang saling terkait satu
sama lain.
Apakah
ini *menunjuk botol aqua adalah teknologi? Ya. Karena melalui proses
penyaringan beberapa kali.
Sama
halnya organ tubuh kita, yang saling terkait satu sama lain. Jika salah satu
tidak melakukan perannya, maka sistem yang lain akan terganggu.
Contoh
lain misalnya : anak teknik jika melihat anak sosial seperti ((mungkin))
*njelei, karena apa? dibenak mereka manusia adalah makhluk yang susah diatur,
berbeda dengan robot yang mereka ciptakan, dengan mudah dikontrol oleh
penciptanya. Sedangkan manusia bila disuruh begini, masih saja melanggar,
disuruh itu tidak mau. Karena pemikiran mereka sifatnya konstruktif/membangun,
terkadang melewatkan hal-hal yang sifatnya masalah bagi manusia contohnya dalam
pembangunan jembatan sura madu, dari awal anak sosial tidak terlibat dalam
proyek pembangunan,alhasil pembangunan tersebut menuai kontra dan permasalahan
dengan pihak pedagang yang ada di sekitar lokasi yang hendak dibangun
jembatannya.
Contoh
lain, teknologi menjadi kian hegemonik, karena manusia telah terkontrol oleh
teknologi yang dibuat oleh dirinya sendiri. semua aktivitas yang kita lakukan
membutuhkan teknologi. Dari kita belajar yang membutuhkan laptop, melakukan
pendaftaran suatu sekolah dibutuhkan laptop.berarti sebenarnya teknologi itu
kebutuhan atau tuntutan? Bisa jadi teknologi bukan merupakan sebuah kebutuhan
kita untuk menggunakannya, tapi karena tuntutan eksernal yang membuat kita
berusaha untuk mendapatkan teknologi.
Kebutuhan
teknologi sebagai actualisasi
Dosen
saya berlibur ke suatu pantai, yang mana beliau melihat seorang anak
mengendarai motor ateve... yang diajarkan oleh bapaknya. Sebenarnya ateve ini
digunakan untuk usia kecil atau dewasa toh? Untuk dewasa kan? Karena memerlukan
keselamatan yang lebih jikalau mengendarainya.
“mengapa orang Indonesia banyak
yang mengabaikan first safety?”
1. Karena
kultur masyarakat Indonesia, kultur masyarakat Indonesia adalah pertanian,
bukan teknologi. Masyarakat Indonesia sangat dekat dengan alam. Kenapa
kemampuan lisan kita lebih kuat dibanding kemampuan membaca? Karena kultur
membaca adalah kultur teknologi. Dan jika diamati, negara/daerah yang dekat
dengan alam pasti dengan kultur agamanya tinggi. sering kalian melihat anak
kecil mengendarai sepeda motor tanpa helm? Menggunakan pakaian singlet atau
celana pendek?ya. itu menandakan bahwa libur sekolah telah tiba, itu hanya cara
saya mengidentifikasi libur sekolah anak SMA dan SMP. Mereka mengibaratkan dirinya seperti yang
mereka tonton di tellevisi. Mengapa mereka tidak berhelm tenang-tenang saja?
Karena dari kecil kita di cekokin dengan kultur agama yang penting sebelum
berangkat main berdoa terlebih dahulu bismillah..
sehingga bisa selamat sampai tujuan. Jadi prioritas keselamatan pada diri kita
berdoanya kan? Bukan kesadaran dalam memakai helmnya.
Kultur
pertanian dengan manusia survive di alam akan sangat berhubungan dengan agama.
Kultur
alamnya rendah seperti di Amerika Serikat yang jarang disoroti sebagai potensi
alam, kultur agamanya lebih rendah. Dan mereka lari ke rasionalitas teknologi.
2. Mengapa
setiap tahun tingkat kecelakaan di Indonesia semakin meningkat? Bisa jadi
seperti apa yang dicita-citakan pada Golkar tahun 2025 kelak masyarakat kan
ingin disejahterakan satu persatu, yang mana jikalau mensejahterakan manusia
per individu memerlukan biaya yang amat tinggi. Sehingga dengan tingkat
kecelakaan yang tinggi itu mengurangi jumlah populasi manusia kan? Itu seperti
layaknya konspirasi dalam kritik teknologi. Sehingga jika populasi Indonesia sedikit,
masyarakat yang disejahterakan juga sedikit dan bisa mng fotoensejahterakan
satu persatu individu.
Dampak
teknologi : instrumental action.
Masyarakat
Indonesia bertemu dengan teknologi, mengubah perilaku yang amat sangat. Seperti
contoh selfie di taman bungan gunung kidul itu, mereka dipertemukan dengan
teknologi yang bagus, dan bisa mengabaikan kondisi alam di sekitar yang penting
hasil foto bagus. Seringkali orang yang selfie itu meninggalkan status posisi
mereka, kebanyakan yang melakukan seperti itu malah orang yang berpendidikan
tinggi toh? Sebagai contoh lain, dosen saya memasang foto beliau menggunakan
rambut palsu warna merah yang mana beliau disuruh mengisi acara di sekolah
anaknya dengan tema “Parent Parenting”, nah yang muncul setelah upload foto
adalah “loh, sekarang kamu LGBT? Kayaknya seru amit nih” weleh, memang ya
manusia itu melihat sesuatu yang nampak saja, tidak bisa melihat apa ang ada dibalik
niatan tertentu. Padahal yang komentar terkait apakah kamu LGBT itu orang yang
pendidikannya tinggi.
Orang
komunitas motor itu kuat dengan motornya tetapi lemah kalau tidak ada motor,
sekali lagi ini dilihat dari kritik teknologi ya.
Indonesia
merupakan konsumen teknologi yang luar biasa hebatnya.
Sebagai
refleksi : jikalau kamu ingin menjad produsen, apa yang telah kamu produksi
dari laptop yang kamu pakai? Berapa artikel yang sudah kamu buat ? jikalau kamu
masih mendownload film, berhiha-hihi oleh film yang kamu tonton, namanya kamu
masih tetap menjadi konsumen.
Ketika
dosen saya ada pertemuan dengan dosen Norwegia, beliau masih menggunakan nokia
standar yang bukan smartphone. Dosen saya merasa tersindir dengan masih
betahnya dosen norwegia menggunakan Nokia kecil sederhana yang mampu untuk
telpon dan sms saja, memang mereka punya kebutuhannya hanya sebatas itu. Tapi,
lihat Indonesia? Begitu urgent.nya sampai bisa mengganti smartphone ketika ada
produk yang baru datang.
“sebenarnya
seperti apa landasan alam itu terkait sekali dengan keberadaan teknologi ?”
Dalam
dimensi Antroposentris, yang mana manusia sebagai pusat aktivitas di bumi.
1. Mutualistik
2. Eksploitatif.
Untuk
mengeksploitasi alam dibutuhkan teknologi, tapi disisi lain dari segi mutualnya,
Negara dengan dalih mensejahterakan rakyat menggunakan teknologii agar bisa
bersaing dan bekerjasama untuk kesejahteraan rakyat. Padahal dalam prakteknya
siapa yang sejahtera? Kelompok-kelompok elite yang semakin elit. Bukan
mayoritas masyarakat.
Contoh
lain : amerika yang tidak begitu menonjol denan potensi alam. Kalian harus
melihat film “how kill the electrical” pembuat mobil adalah Ford, tetapi yang
mematikan idenya sendiri adalah Ford, karena dia melihat jika manusia
menggunakan bahan bakar minyak sedangkan dia seorang diri yang memakai listrik
maka rugi dong.. seperti halnya bor yang digunakan untuk sarana orang
perminyakan dalam mengidentifikasi kedalaman sumur misalnya. Ketika Indonesia
meminjam, dibolehkan oleh Jerman, karena statusnya adalah meminjam maka
dikembalikan. Tetapi oleh pihak Jerman ditolak karena Jerman telah memiliki
teknologi yang lebih canggih lagi, sehingga mereka beruntung bisa membuang
sampah teknologi ke Indonesia.
Semoga
Indonesia bisa semakin bijak dengan Teknologi, apakah tetap menggunakan
idealisme Indonesia dengan konsep gotong royong dan sopan santun? Atau
mengikuti realitas yang ada dengan teknologi dan mengikis nilai-nilai bangsa
ini?
Komentar
Posting Komentar