Man(usia) Labil


Man(usia) Labil

Kegelisahan harus diungkapkan, karena rasa gelisah itu muncul dari individu yang melihat kenyataan tidak sepadan dengan apa yang seharusnya. Kritik kepada kami yang bergelar MAHASISWA sekaligus SANTRI. Di luar zona nyaman yang dinamakan asrama, orang-orang tidak mengetahui bahwa kita sering ngantuk pada sesi ceramah ustadz, sering ngantuk juga saat tahsin, saat membaca Al-Quran, tapi ketika berada di luar zona nyaman kita bergerak kesana-kesini dengan dalih memperjuangkan dakwah akan tetapi dari ruhaniyah kita belum kokoh—akibatnya perjuangan dakwah kita yang pernah gagal seringkali kita merasa lelah dan putus asa. Refleksi ini bermula dari kejadian anak-anak yang semakin tidak gercep ketika adzan berkumandang, dilihat masih malas, belum merasa bahwa itu panggilan wajib bagi kita seorang muslim—masih ada yang makan, minum, bercanda dll. Coba kalau kita bangun dari diri kita sendiri, sholat tepat waktu yang Alloh SWT berfirman di dalamnya :
“Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat, yaitu orang-orang yang lalai dalam sholatnya” (Q.S al-Maun 4-5)
Lalu kita bangun dari pikiran bawah sadar kita, status=identitas, selama ini ketika saya belajar di sosiologi, identitas masyarakat kan menjadi bias ya.. karena multikulturalisme, tetapi dalam hal peran kita sebagai mahasiswa tidak akan pernah bias. Kenapa? Karena di perkuliahan status kita sebagai mahasiswa, sedangkan ketika di asrama bukan pada akhirnya status mehasiswa itu tergantikan oleh status santri, justruu status kita sebagai mahasiswa mendapat nilai tambah oleh status santri yang kita miliki di asrama. Mengapa justru kita berbuat dosa di “zona nyaman” ini? Padahal lebih mengerikan dosa kecil yang ditumpuk-tumpuk di zona nyaman yang notabene kita paham dengan ideologi kita tapi tidak mengerjakannya/menundanya—dalam hal sholat berjamaah. Di zona “tidak nyaman” justru kita malah merasa lebih tidak nyaman lagi kalau ikut larut dalam menunda sholat ketika adzan berkumandang sehingga kita selalu bisa tepat waktu dalam sholat berjamaah.
Hal-hal di atas inilah yang perlu untuk diperbaiki. Ibadah-ibadah inilah yang juga harus diperhatikan dan kita pupuk mumpung semester awal agak tengah yang mungkin masih sibuk mengurusi berbagai hal di kampus—organisasi atau lembaga apapun itu, karena apa? jikalau sudah semester keluar dari universitas, terjadi kegalauan untuk memandang ke depan mau jadi apa? harus bekerja dimana? Apakah aku harus segera menikah? Pertanyaan-pertaanyaan itu mulai muncul. Ekstremnya apakah aku mendapatkan jodoh, jodoh yang seperti apa? nah lho, kalau tidak terkontrol dengan baik, ya akan terjadi kegoncangan dalam jiwa dan mungkin bisa terjadi suatu penyimpangan dalam pergaulan dan sebagainya.
Kisah satu : setiap individu itu penuh hikmah.. ceritanya agak lupa
Kisah dua : ada seorang raja dan pengawal akan memburu hewan di tengah hutan. Pada akhirnya hewan itu tertembak, tetapi ada suatu kejadian dimana batang pohon tumbang dan mengenai jari kelingking raja. Terus raja bilang “ini bagaimana? Aku harus menuntut siapa? Lalu si pengawal berkata “ tenang raja, ini semua pasti yang terbaik”, rajanya tidak terima lah karena jarinya patah aja masih dibilang itu merupakan hal terbaik. Gila apa? singkat cerita dipenjaralah si pengawal tadi. Lalu disuatu hari ketika pemburu itu hendak berburu, datanglah sekelompok pemilik hutan rimba yang merasa terganggu, dan ditangkaplah sang raja untuk dijadikan tumbal. Sebelum dijadikan tumbal, dilakukan ritual terlebih dahulu. Tetapi ditemukan ada jari yang patah, statusnya adalah cacat. Sedangkan orang yang cacat tidak bisa dijadiikan tumbal. Maka dilepaskannya sang raja, dan sang raja membebaskan pengawalnya lalu berterimakasihlah dia. Kata pengawal “saya dipenjara saja juga termasuk yang terbaik bagi saya, karena jikalau aku ikut dengan raja ketika berburu dan ditangkap oleh kelompok pemilik hutan, maka apa yang terjadi? Yang dijadikan tumabl ialah pengawal tadi. Maha Skenario Alloh SWT yang sangat tidak diperkirakan manusia. Maha Suci Alloh SWT.

“Lakukan yang terbaik diantara yang terbaik itu jauh lebih baik ketimbang melakukan terbaik oleh orang-orang yang buruk “ 

Komentar